Kamis, 26 Februari 2009

Ketulusan Senyum yang Selalu Kunanti

Aku benci dengan senyum palsuku.

Cermin, cermin.
argh,,aku juga bosan bercermin.
betapa jeleknya diriku kala ku perlihatkan diriku yang sesungguhnya.
kau tak pernah tahu bahwa itulah diriku yang sesungguhnya.
kau tak tahu betapa tersiksanya diriku ketika aku harus memperlihatkan senyum palsu
bukan senyumku yang dulu, senyum yang lucu, yang bisa mensugestimu untuk tidak menolak tersenyum pula padaku.
Senyumku kini palsu, kawan.
tak bisa lagi pancarkan energi ceria untukmu.
maafkan aku.
itu bukan mauku.
bukan pula naluriku.

seperti dirimu,
aku pun masih menanti
hadirnya ketulusan senyumku.

Rabu, 25 Februari 2009

ketika kita bisa menilai diri kita

Berbicara tentang kesalahan orang lain tak akan ada habisnya. Entah apa yang membuat manusia lebih suka mengoreksi sifat ataupun sikap yang dilakukan orang lain dari pada mengoreksi dirinya sendiri. Seseorang bisa senang bukan main bila menemukan keburukan, kesalahan, ataupun kekurangan orang lain. Di sisi lain mungkin ia iri dengan kelebihannya atau mungkin sirik karena ia tak memiliki kelebihan sepertinya.celakalah dia!!

Hal seperti ini banyak terjadi di sekitar kita. Manusia dengan sesuka hati mencari sisi buruk manusia yang lain demi kepuasan hati atau iri dengki. Bergosip ria dibelakang bahkan memprovokatori yang lain untuk mempersatukan rasa iri. oh my god!!
satu hal yang mereka lupakan : mereka lantas lupa akan dirinya sendiri. Bagaimana dengan sikap perbuatannya yang mungkin lebih buruk dari orang yang ia koreksi. Mereka luapa untuk melihat dirinya. Berkacalah wahai manusia yang menjunjung tinggi nafsu hati!!

Mari kita berkaca, bercermin melihat diri kita, hati kita dan pikiran kita. hilangkan iri hati, dengki, luka di jiwa. Perbaiki sikap, sifat dan tak lupa melihat, melihat dengan kejernihan mata dan hati.